I.
PENDAHULUAN
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau
tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang
dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya
tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8
mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada
pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.
Tingkat gula darah diatur melalui
umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level
glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun,
karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan
glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini
mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat,
entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang
lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon
ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa
menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula
darah.
Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel-sel, di mana masing-masing sel
membutuhkan energi untuk kehidupannya. Energi tersebut berasal dari makanan,
terutama zat karbohidrat. Yang termasuk karbohidrat antara lain glukosa (gula
tebu), fruktosa (gula buah), maltosa, sukrosa, laktosa, dan tepung (starch).
Karbohidrat diurai menjadi glukosa, sebagian menjadi galaktosa dan fruktosa.
Ketika kita makan, zat makanan diserap dari saluran usus, masuk ke dalam
saluran pembuluh darah, bersama darah beredar ke seluruh tubuh. Glukosa yang
ada di dalam darah tidak dapat langsung masuk ke dalam sel. Ibaratnya kita akan
masuk rumah, ada komponen-komponen yang terlibat untuk itu, yaitu pintu, kunci
pintu dan anak kuncinya. Jadi, glukosa untuk dapat memasuki sel juga memerlukan
anak kunci, kunci dan pintu. Glukosa memerlukan pintu khusus dan anak kunci
khusus. Anak kunci tersebut adalah hormon insulin, yang diproduksi oleh
sekelompok sel yang dinamakan sel beta yang terdapat di dalam pankreas.
Pankreas terletak di belakang lambung dan usus duabelas jari.
Kunci yang pas bagi anak kunci insulin disebut reseptor insulin yang
terdapat di permukaan dinding sel. Saat insulin masuk ke reseptor insulin,
terjadi proses kimiawi yang menyebabkan terbukanya saluran (pintu) bagi
glukosa, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel. Normalnya, jumlah anak
kunci (insulin) dan lubang kuncinya (reseptor insulin) tersedia cukup. Produksi
insulin dan sensitivitas reseptor insulin juga normal.
Setelah kita makan, glukosa di dalam darah meningkat. Kenaikan glukosa
ini terdeteksi oleh pankreas yang menanggapinya dengan memproduksi insulin dan
melepaskannya ke aliran darah. Insulin memberi fasilitas masuknya glukosa ke
dalam sel.
Sebagian glukosa yang diserap dari usus akan disimpan di dalam hati
(liver). Pada saat tubuh tidak mendapatkan makanan (puasa), hati akan
melepaskan kembali cadangan glukosa yang tersimpan.
Selain karbohidrat, bahan makanan yang lain seperti lemak dan protein
juga dapat diproses menghasilkan energi. Lemak tersimpan di dalam jaringan
lemah tubuh. Lemak dan protein dapat diubah menjadi karbohidrat oleh enzim di
dalam hati. Insulin berperan mencegah pengeluaran glukosa maupun produksi
glukosa oleh hati. Insulin dibutuhkan selalu tersedia dalam kadar rendah di
dalam darah, untuk mempertahankan kadar glukosa normal di dalam darah. Bila
kondisi ini tidak terjadi, hati akan melepaskan glukosa ke dalam peredaran
darah sehingga kadar glukosa darah akan meningkat.
II.
PEMBAHASAN
A.
PENGATURAN GLUKOSA DARAH, dipengaruhi oleh :
1.
Hormon Insulin
Hormon insulin memegang peranan
pokok dalam pengaturan konsentrasi glukosa darah. Insulin dihasilkan oleh
sel-sel beta pulau langerhans dalam pankreas dan disekresi ke dalam darah
sebagai respon langsung terhadap hyperglikemia. Konsentrasinya dalam darah
sejajar dengan konsentrasi glukosa zat yang menyebabkan pengeluaran insulin
adalah asam-asam amino, sekretin dan tolbutamid. Epinefrin dan norepinefrin
menghambat pengeluaran insulin. Invitro (dan mungkin in vivo), insulin
mempunyai efek langsung pada jaringan seperti jaringan adiposa dan otot dalam
menaikkan kecepatan uptake glukosa. Diduga bahwa kerja ini disebabkan karena
peningkatan transport glukosa melalui membran sel.
Sekresi insulin terutama diatur oleh
konsentrasi gula darah. Kadar glukosa darah normal waktu puasa adalah 80 sampai
90 mg/100 ml kecepatan sekresi insulin minimum. Waktu konsentrasi glukosa darah
meningkat diatas 100mg/100 ml darah, kecepata sekresi insulin meningkat cepat
mencapai puncaknya yaitu 10 sampai 20 kali tingkat basal konsentrasi glukosa
darah antara 300 dan 400/100 ml. Jadi peningkatan sekresi insulin akibat rangsangan glukosa
adalah dramatis dalam kecepatan dan sangat tingginya kadar sekresi yang
dicapai. Selanjutnya penghentia sekresi insulin hampir sama cepat, terjadi
dalam beberapa menit setelah pengurangan konsentrasi glukosa darah kembali ke
tingkat puasa.
2. Kelenjar Hipofisis Anterior
Kelenjar hipofisis anterior mengsekresi hormon-hormon
yang cenderung untuk meningkatkan glukosa darah dan oleh karena itu melawan
kerja insulin. Hormon-hormon ini adalah hormon pertumbuhan badan. ACTH
(kortikotropin), dan mungkin zat “diabetogenik” lainnya. Sekresi hormon
pertumbuhan badan dirangsang oleh hipoglikemia. Hormon ini menurunkan uptake
glukosa dalam jaringan tertentu, misalnya : otot. Pemberian hormon pertumbuhan
untuk waktu yang lama menimbulkan diabetes. Dengan menimbulkan hyperglikemia ia
merangsang sekresi insulin, dengan kemungkinan menyebabkan sel-sel beta menjadi
letih. Walaupun ACTH dapat mempunyai efek tidak langsung pada penggunaan
glukosa, karena ia memperbesar pengeluaran asam-asam lemak bebas dari jaringan
adiposa, efek utamanya pada metabolisme karbohidrat adalah karena perangsangan
sekresi hormon-hormon korteks adrenal.
3. Korteks Adrenal
Korteks adrenal mengsekresi sejumlah hormon steroid
diantara mana glukokortikoid adalah penting dalam metabolisme karbohidrat.
Pemberian glukokortikoid mengakibatkan glikoneogenesis. Ini sebagai akibat dari
kenaikan katabolisme protein dalam jaringan, peningkatan uptake asam amino oleh
hati, dan kenaikan aktivitas transaminase dan enzim-enzim lainnya yang
berhubungan dengan glukoneogenesis dalam hati. Selain itu, glukokortikoid
menghambat penggunaan glukosa dalam jaringan ekstrahepatik. Glukokortikoid
berperan dengan suatu cara yang antagonistik terhadap insulin.
4. Epinefrin
Epinefrin disekresi oleh medulla adrenal, merangsang
pemecahan glikogen dalam otot. Akan tetapi, pemberian epinefrin mengakibatkan
pengeluaran glukosa dari hati bila terdapat glikogen akibat perangsangan
fosforilase. Pada Otot, sebagai akibat tidak adanya glukosa 6-fosfotase,
glikogenolisis mengakibatkan pembentukan laktat. Laktat yang berdifusi ke dalam
darah diubah kembali oleh mekanisme glukoneogenesis menjadi glikogen dalam hati
(siklus cori). Hypoglikemia menyebabkan suatu rangsangan saraf simpatis,
kenaikan sekresi epinefrin merangsang glikogenolisis, yang diikuti oleh kenaikan
konsentrasi glukosa darah.
5. Glikogen
Glikogen adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel
alfa pulau langerhans dari pankreas. Sekresinya dirangsang oleh hypoglikemia
dan bila sampai di hati (melalui vena porta), menyebabkan glikogenolisis dengan
mengaktifkan fosforilase dengan cara yang sama seperti epinefrin. Sebagian
besar gliogen dikeluarkan dari peredaran oleh hati. Tidak seperti epinefrin,
glikogen tidak mempunyai efek terhadap fosforilse otot. Glikogen juga menambah
glukoneogenesis dan glukogenolisis hati ikut berperan pada efek hiperglikemik
dari glukogen.
Pengaturan sekresi glukagon :
-
Efek konsentrasi glukosa
Perubahan
konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi
glukagon dibandingkan pada sekresi insulin. Yaitu penurunan glukosa darah,
meningkatkan sekresi glukagon. Bila glukosa darah turun sampai serendah 70
mg/100 ml darah, pankreas mensekresi glukagon dalam jumlah yang sangat banyak,
yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi
terhadap terjadinya hipoglikemia.
-
Efek asam amino
Asam amino
meningkatkan sekresi glukagon, yaitu suatu efek yang tepat berlawanan dengan
glukosa. Peranan fisiologis efek ini adalah mencegah hipoglikemia yang akan
timbul bila makan protein murni, karena asam amino dari protein meningkatkan
sekresi insulin dan karena itu menurunkan glukosa darah. Peningkatan sekresi
glukagon secara teoritis dapat meniadakan efek ini.
B.
MEKANISME
PENGATURAN GLUKOSA DARAH
Pada
orang normal, konsentrasi glukosa darah diatur sangat sempit, biasanya berkisar
antara 80 dan 90 mg/100 ml darah pada orang yang puasa setiap pagi sebelum
makan pagi.
Konsentrasi
ini meningkat menjadi 120 sampai 140 mg/100 ml selama satu jam pertama atau
lebih setelah makan, tetapi sistem umpan balik yang mengatur glukosa darah
mengembalikan konsentrasi glukosa dengan cepat sekali ke tingkat pengaturan,
biasanya dalam 2 jam setelah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Sebaliknya
pada kelaparan, fungsi glukoneogenesis hati menyediakan glukosa yang dibutuhkan
untuk mempertahankan kadar glukosa darah puasa. Organ yang berperan dalam
mekanisme pengaturan glukosa darah :
1) Hati
Hati
berfungsi sebagai bufer glukosa darah yang sangat penting yaitu bila glukosa
darah meningkat ke konsentrasi sangat tinggi setelah makan dan kecepatan
sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorpsi hampir
segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen. Kemudian selama jam
berikutnya bila konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi insulin turun,
hati melepaskan kembali glukosa ke dalam darah.
Hati menyimpan
glikogen dari karbohidrat yang dimakan dalam bentuk glikogen dari sumber-sumber
non-karbohidrat, misalnya protein dan lemak. Adrenalin yang beredar dan
glucagon menguraikan glikogen hati dan mengubahnya menjadi glukosa darah. Hanya
hati yang memiliki fosfatase (glukosa 6-fosfatase) yang dibutuhkan untuk
penguraian tersebut.
Hati
mempertahankan kadar normal gula darah pada 60-100 mg persen (3,3-5,5 mmol/L).
penganngkatan hati keadaan gagal hati akan menimbulkan penurunan kadar glukosa
darah, yang akan menyebabkan koma dan akhirnya kematian.
Galaktosa hanya
dihati diubah menjadi glukosa. pengubahan ini merupakan dasar salah satu uji
yang dilakukan pada penderita yang tersangka mengalami kegagalan 40g. galktosa
dimakan dan kadar galaktosa darah tetap rendah dan tidak bermakna, kecuali pada
penyakit hati.
2) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem
pencernaan yang memiliki fungsi utama yakni untuk menghasilkan enzim pencernaan
serta beberapa hormon penting seperti insulin
dan glukagon.
Kelenjar pankreas terletak pada
bagian belakang lambung dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas
jari). Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada
peta, karena itu acapkali disebut pulau-pulau Langerhans.
Dinamakan Langerhans atas penemunya, Paul Langerhans pada tahun 1869.
Setiap pulau berisikan sel beta yang berfungsi mengeluarkan hormon insulin dan amilin. Dimana hormon
insulin memegang peran penting dalam mengatur kadar glukosa darah.
a.
Insulin disintesis oleh sel-sel beta,
terutama ditranslasikan ribosom yang melekat pada retikulum endoplasma (mirip
sintesis protein) dan menghasilkan praprohormon insulin dengan berat
molekul sekitar 11.500. Kemudian praprohormon diarahkan oleh rangkaian
“pemandu” yang bersifat hidrofibik dan mengandung 23 asam amino ke dalam
sisterna retikulum endoplasma. Di retikulum endoplasma, praprohormon ini
dirubah menjadi proinsulin dengan berat molekul kira-kira 9000 dan
dikeluarkan dari retikulum endoplasma. Molekul proinsulin diangkut ke aparatus
golgi, di sini proteolisis serta pengemasan ke dalam granul sekretorik dimulai.
Di aparatus golgi, proinsulin yang
semua tersusun oleh rantai B—peptida (C) penghubung—rantai A, akan dipisahkan
oleh enzim mirip tripsin dan enzim mirip karboksipeptidase. Pemisahan
itu akan menghasilkan insulin heterodimer (AB) dan C peptida. Peptida-C dengan
jumlah ekuimolar tetap terdapat dalam granul, tetapi tidak mempunyai aktivitas
biologik yang diketahui.
Sekresi Insulin
Sekresi
insulin merupakan proses yang memerlukan energi dengan melibatkan sistem
mikrotubulus-mikrofilamen dalam sel B pada pulau Lengerhans. Sejumlah
intermediet turut membantu pelepasan insulin.
Ø Glukosa: apabila kadar glukosa darah
melewati ambang batas normal—yaitu 80-100 mg/dL–maka insulin akan dikeluarkan
dan akan mencapai kerja maksimal pada kadar glukosa 300-500 mg/dL.
Ø Faktor Hormonal: ada beberapa hormon yang
meningkatkan insulin dalam darah, yaitu epinefrin (meningkatkan cAMP intrasel),
kortisol, laktogen plesenta, esterogen dan progestatin.
Ø Prefarat Farmakologi: banyak obat merangsang sekresi
insulin, tetapi preparat yang digunakan paling sering untuk terapi diabetes
pada manusia adalah senyawa sulfaonilurea.
Kerja dan Metabolisme Insulin
Insulin merupakan hormon yang
berfungsi sebagai second messenger yang merangsang dengan potensial
listrik. Beberapa peristiwa yang terjadi setelah insulin berikatan dengan
reseptor membran:
Ø Terjadi perubahan bentuk reseptor.
Ø Reseptor akan berikatan silang dan
membentuk mikroagregat.
Ø Reseptor diinternalisasi.
Ø Dihasilkan satu atau lebih sinyal.
Setelah peristiwa tersebut, glukosa akan masuk ke dalam sel dan membentuki
glikogen.
Insulin yang telah terpakai maupun
yang tidak terpakai, akan dimetabolisme. Ada dua mekanisme untuk metabolisme
insulin:
1. Melibatkan enzim protese spesifik-insulin
yang terdapat pada banyak jaringan, tetapi banyak terdapat pada hati, ginjal,
dan plasenta.
2. Melibatkan enzim hepatik
glutation-insulin transhidrogenase, yang mereduksi ikatan disulfida, dan
kemudian rantai A dan B masing-masing diuraikan dengan cepat.
Fungsi
Insulin : Stimulasi
glikogenesis, lipogenesis, dan sintesis protein.
b. Glukagon
Glukagon adalah antagonis dari
insulin, yang tersusun atas 29 asam amino. Pada prinsipnya menaikkan kadar gula
di dalam darah. Enzim ini diproduksi di sel A dari pankreas. Glukagon
melewati dalam proses sintesisnya yang disebut sebagai limited proteolyse,
yang artinya molekul glukagon berasal dari prohormon. Gen untuk glukagon selain
di pankreas juga terdapat di otak dan sel enteroendokrin L di sistem
pencernaan (Ileum dan Kolon).
Regulasi
Stimulus untuk sekresi dari glukagon adalah hipoglikemia
atau jika konsentrasi asam amino turun di dalam darah setelah konsumsi
makanan yang kaya protein. Walaupun begitu konsumsi makanan yang kaya
mengandung protein tidak hanya menstimulasi pengeluaran hormon glukagon tetapi
juga hormon insulin. Transmitter Hormon sistem saraf autonom seperti asetilkolin
dan adrenalin lewat ß2 reseptor juga menstimulasi pengeluaran hormon
glukagon. Selain itu juga sederetan hormon berikut yang diciptakan di sistem
pencernaan gastrin, CCK, GIP, dan GH.
Inhibitor atau yang menghambat sekresi
glukagon adalah hiperglikemia atau jika konsentrasi gula darah naik.
Selanjutnya juga hormon insulin yang antagonisnya, somatostatin, GLP-1, GABA,
sekretin, dan waktu makan yang kaya kandungan karbohidrat.
Fungsi
Glukagon: melawan kerja insulin (stimulasi glikogenolisis dan
lipolisis), stimulasi glukoneogenik
3) Hormon
Pada hipoglikemia, efek langsung glukosa darah yang
rendah atas hipotalamus merangsang susuna saraf simpatis. Sebaliknya epinefrin
yang disekresi oleh kelenjar adrenal masih menyebabkan pelepasa glukosa lebih
lanjut dari hati. Hal ini membantu dalam melindungi hipoglikemia berat. Dan
dalam masa beberapa jam atau hari hormon pertumbuhan dan kortisol disekesikan
dalam respon terhadap hipoglikemia yang berkepanjangan dan mereka menurunkan
kecepatan penggunaan glukosa oleh bagian terbesar sel-sel tubuh. Ini juga
membantu mengembalikan konsentrasi glukosa darah ke arah normal.
C. PATOLOGIS PENGATURAN GLUKOSA DARAH
Kondisi normal glukosa darah dapat diantarkan ke
dalam sel melalui reseptor insulin.
Namun
pada kondisi terjadi gangguan pada reseptor insulin, glukosa darah gagal
diantarkan kedalam sel tubuh, dan menetap pada pembuluh darah. Sel tubuh akan
merespon hal tersebut dengan mengirimkan tanda bahwa sel belum memperoleh
glukosa, akibatnya glukosa terus di produksi untuk dapat memenuhi kebutuhan
sel, namun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel maka lama kelamaan
terjadi peningkatan glukosa dalam darah
Diabetes
Mellitus
Diabetes
Melitus (DM) digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu :
1.
DM tipe 1
Pada kencing manis tipe 1, terjadi
radang pada kelenjar pankreas, disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya virus.
Terjadi kerusakan pada sel beta pankreas melalui reaksi yang dinamakan sebagai
reaksi autoimun, akibat kerusakan tersebut pankreas gagal untuk menghasilkan
hormone Insulin. Inilah alasan mengapa Kencing manis tipe ini disebut sebagai
Diabetes Melitus Tergantung Insulin/Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM).
Kasus Kencing manis tipe 1 biasa ditemukan pada penderita berusia muda.
2.
DM tipe 2
Pada kencing manis tipe 2, terjadi
beberapa tahap sebagai berikut :
a.
Fase Pertama : Seperti
dibicarakan sebelumnya, bila kadar insulin normal maka kadar glukosa darah juga
normal. Pada awalnya, sel tubuh menjadi kurang peka terhadap insulin sehingga
dibutuhkan lebih banyak insulin untuk dapat memasukan glukosa kedalam sel.
Kondisi ini kemudian di kenal dengan sebutan Resistensi insulin. Akibatnya,
pankreas akan dipacu untuk bekerja lebih keras dalam mengeluarkan insulin. Pada
kondisi ini, kadar insulin dfalam darah akan mengalami peningkatan sampai tiga
kali lipat dari keadaan normal, disebut sebagai keadaan “hiperinsulinemia”.
b.
Fase Kedua : Pada fase
ini, kadar insulin tinggi namun tidak selamanya kadar glukosa darah ikut
abnormal. Seiring dengan ketidakpekaan sel terhadap insulin yang bertambah
parah, sebagian orang akan berhasil untuk meningkatkan produksi insulin
sehingga kadar glukosa darah tetap normal. Namun, orang dengan kelemahan pada
pancreas akan mengalami keterbatasan dalam produksi insulin, biasanya
disebabkan karena faktor usia. Pancreas akan terlambat mengeluarkan insulin
saat makan, sehingga kadar glukosa darah setelah makan akan meningkat. Kondisi
ini dikenal sebagai Toleransi Glukosa Terganggu (TGT). Bila pancreas tidak
dapat memproduksi cukup insulin untuk menahan laju produksi glukosa oleh hati,
kadar glukosa darah pagi sebelum makan akan tinggi, disebut dengan Glukosa Darah
Puasa Terganggu (GDPT). Kedua istilah ini dikelompokkan untuk menggambarkan
kondisi pre diabetes, atau suatu tahapan sementara menuju terjadinya diabetes.
c.
Fase Ketiga : Pada fase
ini, kadar glukosa darah hampir selalu tinggi karena kondisi resistensi insulin
yang semakin parah, atau produksi insulin pancreas yang berkurang. Pada saat
inilah, diagnose Kencing manis tipe 2 dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
penunjang laboratorium. Umumnya, keluhan yang muncul tidak terlalu dihiraukan
oleh pasien sampai terjadi komplikasi yang lebih lanjut. Kencing manis tipe ini
disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). 90% kasus Kencing
manis merupakan tipe ini.
3.
DM tipe lain
Tipe ini berhubungan dengan kelainan defek genetic pada
sel beta pancreas, defek genetic dari kerja insulin, penyakit eksokrin
pancreas, kelainan hohrmonal, obat-obatan, infeksi, sebab imunologi dan
penyebab lain.
4.
DM Gestasional
Terjadi atau diketahui pada saat
kehamilan. Disebabkan karena adanya ketidakseimbangan hormonal. Kencing manis
tipe ini berisiko terhadap proses persalinan sehingga disarankan penderitanya
untuk melakukan persalinan seksio sesaria untuk mencegah perdarahan bi;la harus
bersalin per vaginam. Factor yang mempengaruhi diantaranya adalah usia ibu
hamil yang lebih dari 30 tahun, kegemukan, adanya gula dalam air seni, riwayat
kencing manis dalam keluarga, riwayat keguguran berulang, dan sebagainya.
D.
PATOFISIOLOGIS
DIABETES MELLITUS
Sebagian
besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1)
Pengurangan penggunaan glukosa oleh
sel-sel tubuh akibat peningkatan konsentrasi gula darah setinggi 300 sampai
1200 mg/100 ml
2)
Peningkatan nyata mobilisasi lemak
dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan metabolisme lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskular yang menyebabkan aterosklerosis
3)
Pengurangan protein dalam jaringan
tubuh
Akan tetapi,
selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologis pada diabetes mellitus yang
tidak mudah tampak, yaitu :
a)
Kehilangan glukosa ke dalam urina
penderita diabetes.
Bila jumlah
glukosa yang masuk tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus meningkat kira-kira
diatas 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam
urina. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap maka
luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah meningkat melebihi 180mm
persen. Akibatnya sering disebutkan bahwa “ambang” darah untuk timbulnya
glukosa di dalam urine sekitar 180 mg persen.
Kehilangan
glukosa di dalam urina menyebabkan diuresis karena efek osmotik glukosa di
dalam tubulus mencegah reabsorpsi cairan oleh tubulus. Keseluruhan efeknya
adalah dehidrasi ruangan ekstrasel, yang kemudian menyebabkan dehidrasi ruangan
intrasel juga disertai kolapsnya sirkulasi.
b)
Asidosis pada diabetes
Bila tubuh
menggantungkan hampir seluruh energinya pada lemak, kadar asam aseto-asetat dan
asam b-hidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 mEq/liter
sampai setinggi 10 mEq/liter.hal ini mudah mengakibatkan asidosis.
E.
PENYAKIT GULA PADA KEHAMILAN
Penyakit
gula dapat merupakan kelainan herediter dengan ciri insufisiensi atau absennya
insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya
glikogenesis. Diabetes pada kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit
ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita
yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya, diabetes akan mempengaruhi
kehamilan dan persalinan. Frekuensi penyakit ini 0,3 % s/d 0,7 %.Dugaan
penyakit gula makin tinggi terjadi pada :
1.
Umur penderita makin tua
2.
Pada multipara
3.
Penderita gemuk
4.
Kelainan anak lebih besar dari 4000
gr
5.
Riwayat kehamilan yang mengalami :
sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir mati, sering mengalami
keguguran.
6.
Bersifat keturunan.
7.
Pada pemeriksaan terdapat gula dalam
urin.
Kejadian
penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Pengaruh penyakit gula pada
kehamilan :
a.
Dapat terjadi gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim : terjadi keguguran, persalinan premature, kematian dalam
rahim, lahir mati atau bayi besar.
b.
Dapat terjadi hidramnion
c.
Dapat menimbulkan pre eklampsia dan
eklampsia.
2.
Pengaruh penyakit gula pada
persalinan :
a.
Gangguan kontraksi otot rahim yang
menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b.
Janin besar dan sering memerlukan
tindakan operasi
c.
Gangguan pembuluh darah placenta
yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d.
Pendarahan post partum karena
gangguan kontraksi otot rahim
e.
Post partum muda terjadi infeksi
f.
Bayi mengalami hipoglisemia post
partum dan dapat menimbulkan kematian.
3.
Pengaruh penyakit gula pada kala
nifas :
a.
Mudah terjadi infeksi post partum
b.
Kesembuhan luka terlambat dan
cenderung infeksi menyebar.
4.
Pengaruh penyakit gula terhadap
janin :
a.
Dapat terjadi keguguran, persalinan
premature, kematian janin dalam rahim (setelah minggu 36) dan lahir mati.
b.
Bayi dengan dismaturitas
c.
Bayi dengan cacat bawaan
d.
Bayi yang potensial mengalami
kelainan syaraf dan jiwa
e.
Bayi yang dapat menjadi potensial
mengidap penyakit gula.
III.
PENUTUP
Karna tubuh selalu mengalami
perubahan antara saat makan dan puasa, maka glukagon merupakan hormon utama
yang menjaga agar konsentrasi glukosa plasma berada dalam batas normal. Insulin
mengontrol penyimpanan serta metabolisme makanan yang dimakan dan menjaga
pasokan energi tubuh. Tanpa insulin dengan jumlah yang cukup, lintasan
metabolik tubuh tidak mampu menghadapi glukosa. Secara langsung atau tidak
langsung, insulin akan mempengaruhi fungsi setiap jaringan yang ada di dalam
tubuh. Kendati demikian, ada hormon lain yang juga mengatur konsentrasi glukosa
plasma, khususnya dalam keadaan stres.
Stres menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah yang disebabkan oleh pelepasan glukagon, kortisol, hormon
pertumbuhan dan adrenalin (epinefrin). Karena itu, stresor seperti infeksi,
persalinan, sakit, luka, trauma atau pembedahan mengakibatkan hiperglikemia.
Pada hiperglikemia, adrenalin
(epinefrin) dilepaskan dengan cepat. Keadaan ini menimbulkan gejala klasik
hipoglikemia, yaitu: perspirasi, mual dan mimpi buruk yang secara bersama-sama
memberikan ‘kesadaran hipoglikemia.’ Akan tetapi, sebagian penyandang diabetes
kehilangan kesadaran hipoglikemia dan tidak mengalami gejala apapun ketika
kadar gula darahnya turun. Jika pasien mengalami hipoglikemia, keadaan ini
tanpa peringatan akan membawa masalah serius yang meliputi konfusi, perilaku
abnormal, konvulsi dan koma. Karena adanya bahaya inilah, begitu seorang pasien
diabetes kehilangan ‘kesadaran hipoglikemia,’ ia tidak bisa menjalani terapi
insulin yang intensif.
DAFTAR
PUSTAKA
Setiadi,.(2007).
Anatomi
Dan Fisiologi Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Pearce.Evelyn
C.Anatomi
Dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta: PT. Gramedia
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Sutomo.Adi.H. (1995). Penyakit
Kencing Manis Dan Penanggulangannya.
Yogyakarta:
Aditya Mediayogya
http://bidanpurnama.wordpress.com/2009/03/14/pengaturan-glukosa-darah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar