KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-NYA kepada kita semua
karena dengan izin-Nya-lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Topik
Makalah kami adalah Etika Promosi
Kesehatan: Hubungan dengan Klien, Kepedulian dengan Determinan Sosial dan
Hubungan Terhadap Kesehatan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan dimana masih terdapat kekurangan-kekurangan
yang tentunya masih diharapkan perbaikannya, oleh karena itu kami mohon kritik
dan saran dari dosen pembimbing serta teman-teman semua guna perbaikan dan
kesempurnaan isi makalah ini.
Terima
kasih kami ucapkan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Yogyakarta, Februari 2012
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar........................................................................................................ i
Daftar
Isi................................................................................................................. ii
Daftar
Pustaka......................................................................................................... iii
Bab
I
1. Latar
Belakang.................................................................................................. 1
Bab
II
1. Hubungan
dengan klien..................................................................................... 2
2. Determinan
sosial dan hubungan dengan kesehatan......................................... 4
Bab
III
1. Kesimpulan........................................................................................................ 10
2. Saran.................................................................................................................. 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Etika adalah salah satu cabang filosofi yang memberikan perhatian terhadap
yang benar (kebenaran) dan salah dengan melakukan pendekatan moral. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak nilai-nilai di masyarakat secara tersirat telah
ada, serta berkembang sejak zaman dahulu dan bersifat mengikat orang-orang di
dalamnya. Masyarakat yang melanggar etika dianggap tidak menghargai nilai yang
ada di masyarakat dan biasanya akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.
Etika berasal dari
yunani dari kata ethos yang berarti kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku
manusia. Dalam bahasa inggris disebut ethics yang mempunyai pengertian sebagai
tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan tepat yang
dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Etik sebagai
filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara
rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar dan apa yang salah, baik
atau buruk yag secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral
yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia. Sementara itu, moral adalah
mengenai apa yang dinilai seharusnya oleh masyarakat. Secara umum etik dapat
dibedakan menjadi berikut ini :
1.
Hal
yang berkaitan dengan sopan santun di dalam pergaulan, baik di dalam tata
tertib di masyarakat maupun tata cara di dalam organisasi profesi.
2.
Hal
yang berkaitan dengan sikap, tindak-tanduk seseorang dalam menjalankan tugas
profesinya yang biasa disebut kode etik pofesi.
Dalam etika
tercakup empat prinsip utama yaitu kebebasan (freedom), tidak merugikan
(non-maleficence), menguntungkan (beneficence) dan adil (justice). Etika
menjadi kebutuhan dan perlakuan yang perlu ditampilkan oleh seorang petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan yang bertanggung jawab dan profesional.
Pelayaan kesehatan di sini termasuk penggunaan alat teknologi modern yang
menghendaki tanggung jawab sehingga dapat memuaskan klien yang menuntut haknya
atas pelayanan prima.
B.
Tujuan
Agar mahasiswa memahami pentingnya etika dalam promosi
kesehatan dan hubungannya dengan klien serta pengaruh determinan terhadap
perilaku kesehatan itu sendiri.
C.
Manfaat
Bagi penulis : menambah wawasan dan pengetahuan tentang
etika dalam promosi kesehatan dan hubungannya dengan klien serta pengaruh
determinan terhadap kesehatan.
Bagi pembaca : Sebagai bahan
kepustakaan bagi yang membutuhkan acuan untuk penyusunan makalah yang berkaitan dengan etika dalam promosi
kesehatan dalam hubungannya dengan klien dan pengaruh deerminan terhadap
perilaku kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan
dengan Klien
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat.
Hal ini ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam
merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.
Program
promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal dengan PHBS/ promosi
higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melalui
pengapdosian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai
dengan apa yang diketahui , diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan
mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V
dkk,1997;UNICEF,WHO. Bersih, sehat dan sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara
profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen
terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkunagn dan mampu
melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan
benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan
masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat
melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga
kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan
pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
Hubungan dengan
klien merupakan pendekatan yang bertujuan untuk bekerja sama dengan klien agar
dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan
lakukan, memilih dan membuat keputusan sesuai dengan kepentingan serta
keinginanya. Klien dianggap sejajar yakni mempunyai pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan berkontribusi serta mempunyai hak mutlak untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri. Sebagai contoh: isu anti-merokok, dengan adanya isu
tersebut masyarakat diharapkan dapat mengidentifikasi apa yang ingin mereka
ketahui dan kerjakan berkaitan dengan isu tersebut dan sebagainya.
Peran
promotor kesehatan sebagai fasilitator untuk membantu masyarakat
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan mereka, agar memperoleh pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan masalah kesehatan yang mereka temui.
Ewles dan simnett (1994 : 71-75 dalam Heri 2009)
menyatakan beberapa pertimbangan dalam hubungan dengan klien antara lain :
1.
Lebih
baik berkonsultasi dengan klien ketika merencanakan dan mengevaluasi kegiatan
promosi kesehatan
2.
Promosi
harga diri dan otonomi di antara kelompok-kelompok klien merupakan prinsip
mendasar dari semua praktik promosi kesehatan.
3.
Semua
praktik promosi kesehatan harus mendorong sikap saling menghargai tanpa
memandang umur, kemampuan, kecacatan, suku agama, gender, dan melawan
diskriminasi jika ada. Promotor kesehatan akan mendukung prinsip pemberian
kesempatan yang sama dan mengambil langkah positif untuk mengurangi
ketidakmerataan dalam kesehatan atau pelayanan kesehatan.
B. Kepedulian
dengan Determinan Sosial dan Hubungan Terhadap Kesehatan
Perilaku adalah resultan antara stimulus (eksternal)
dengan respon (internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut.
Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik dari dalam
maupun dari luar dirinya. Faktor yang membentuk perilaku ini disebut
determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering menjadi
acuan dalam penelitian – penelitian kesehatan yaitu:
1.
Teori Lawrence Green
Perilaku adalah resultan antar stimulus
(faktor eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang
yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau
ditentukan oleh faktor – faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor
yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang
perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian –
penelitian kesehatan yaitu :
a. Faktor-faktor
predisposisi.
Yaitu faktor-faktor
yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi masyarakat tersebut terhadap apa yang
dilakukan, misalnya perilaku ibu untuk memeriksakan kehamilannya akan dipermudah
apabila ibu tersebut tahu apa manfaat dari periksa hamil, tahu siapa dan dimana
periksa hamil tersebut dilakukan
b. Faktor-faktor
pemungkin.
Faktor pemungkin
atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana
yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat. Misalnya, untuk terjadinya perilaku ibu periksa hamil, maka
diperlukan bidan atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti puskesmas, rumah
sakit, klinik, posyandu, dan sebagainya. Agar seseorang
atau masyarakat buang air besar di jamban, maka harus tersedia jamban, atau
mempunyai uang untuk membangun jamban sendiri. Pengetahuan dan sikap saja belum
menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk
memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Dari segi kesehatan masyarakat,
agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan
prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Faktor-faktor
penguat.
Yaitu faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku. Pengetahuan,
sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi, bahwa masyarakat sudah tahu
manfaat keluarga berencana (KB) dan juga telah tersedia di lingkungannya
fasilitas pelayanan KB, tetapi mereka belum ikut KB karena alasan yang
sederhana, yakni bahwa Toma (tokoh masyarakat) yang dihormatinya tidak atau
belum mengikuti KB. Dari contoh diatas telah terlihat jelas bahwa Toma (tokoh
masyarakat) merupakan faktor penguat (Reinforcing factors) bagi terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat.
Model ini dapat digambar sebagai berikut :
B = f
(PF,EF,RF)
Dimana :
B = behaviour
PF = predisposing factors
EF = enebling factors
RF = reinforcing factors
f = fungsi
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat
disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi
bagi anaknya. (predisposing factor)
Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas
tempat mengimunisasikan anaknya ( enebling factor).
Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat
lain disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya ( reinforcing factors).
2. Teori
Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu
:
a. Adanya
niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya (behavior
intention).
b. Adanya
dukungan dari masyarakat sekitar (social support)
c. Terjangkaunya
informasi, yaitu tesedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang
akan diambil oleh seseorang (accessebility
of information).
d. Adanya
otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan (personal autonomy).
e. Adanya
kondisi dan situasi yang memungkinkan (action
situation).
B=f(BI, SS, AL, PA, AS)
|
Keterangan :
B= Behaviour
f = Fungsi
BI= Behaviour Intention
SS= Social Support
AI= Accessebility of Information
PA= Personal Autonomy
AS= Action Situation
Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan
seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang
terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat
sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari
individu untuk mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia
berperilaku/bertindak atau tidak berperilaku/bertindak. Seseorang ibu yang
tidak mau ikut KB, mungkin karena ia tidak ada minat dan niat terhadap KB (behaviour
intention), atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat
sekitarnya (social-support). Mungkin juga karena kurang atau tidak
memperoleh informasi yang kuat tentang KB (accessebility of information),
atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan, misalnya harus
tunduk kepada suami, mertuanya atau orang lain yang ia segani (personal
autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah
karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action
situation).
3. Teori
WHO
Ada 4 determinan menurut WHO :
a.
Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan
modal awal untuk bertindak dan berperilaku.
b.
Adanya acuan atau referensi dari
seseorang atua pribadi yang dipercayai.
c.
Sumberdaya yang tersedia merupakan
pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
d.
Sosio budaya merupakan faktor eksternal
untuk terbentuknya perilaku seseorang.
Adapun Ewles dan
simnett (1994 : 71-75 dalam Heri 2009) menyatakan beberapa pertimbangan yang
memengaruhi kepedulian dengan determinan sosial antara lain :
a.
Semua
program promosi kesehatan harus peka terhadap kerangka sosial, ekonomi, ras dan
budaya dari kelompok klien yang menjadi sasaran. Program-program harus selalu
dipertimbangkan dalam konteks latar belakang sosial, ekonomi, dan lingkungan
yang lebih luas.
b.
Semua
kegiatan promosi kesehatan harus memahami bahwa determinan sosial, ekonomi, dan
lingkungan terhadap kesehatan sering berada di luar kontrol individu, serta
harus berupaya memperhitungkan determinan-determinan ini.
c.
Promosi
kesehatan akan efektif jika kegiatan promosi kesehatan memasukkan metode-metode
yang mendorong keterlibatan dan partisipasi masyarakat umum. Upaya lain adalah
memberdayakan masyarakat untuk mengambil lebih banyak kontrol dan tanggung
jawab atas kesehatannya sehingga dapat memengaruhi sistem dan organisasi yang
berdampak bagi kesehatan.
Determinan
Sosial Berkaitan dengan Kesehatan
Ada sepuluh determinan sosial yang dapat mempengaruhi
kesehatan antara lain :
1.
Kesenjangan
sosial
Masyarakat
dengan kelas sosial ekonomi lemah,
biasanya sangat rentan dan berisiko terhadap penyakit, serta memiliki harapan
hidup yang rendah.
2.
Status
Emosional
Setiap pemikiran positif akan sangat
berpengaruh, pikiran yang sehat dan bahagia semakin meningkatkan kesehatan
tubuh kita. Tidak sulit memahami pengaruh dari pikiran terhadap kesehatan
kita.Yang diperlukan hanyalah usaha mengembangkan sikap yang benar agar
tercapai kesejahteraan. Sebaliknya jika pemikiran itu
negatif dapat memicu terjadinya stres. Stres merupakan keadaan psikologis/jiwa yang labil. Kegagalan menanggulangi
stres baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di lingkungan kerja, akan
mempengaruhi kesehatan seseorang. Stres di tempat kerja meningkatkan risko
terhadap penyakit dan kematian. Syarat-syarat kesehatan di tempat kerja akan
membantu meningkatkan derajat kesehatan.
3.
Pengucilan
sosial
Kehidupan
di pengasingan atau perasaan terkucil akan menghasilkan perasaan tidak nyaman,
tidah berharga, kehilangan harga diri, akan mempengaruhi kesehatan fisik, dan
mental suatu pribadi.
4.
Kehidupan
dini
Kesehatan
masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal kehidupan. Pertumbuhan
fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang kurang baik pada awal kehidupan
akan memberikan dampak pada kesehatan fisik, mental dan kemampuan intelektual
masa dewasa.
5.
Sosial
ekonomi
Faktor-faktor sosial dan ekonomi
seperti lingkungan sosial, tingkat pendapatan, pekerjaan, dan ketahanan pangan
dalam keluarga merupakan faktor yang berpengaruh besar pada penentuan derajat
kesehatan seseorang. Dalam masalah gizi buruk misalnya,
masyarakat dengan tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah biasanya lebih
rentan menderita gizi buruk. Hal tersebut bisa terjadi karena
orang dengan tingkat ekonomi rendah sulit untuk mendapatkan makanan dengan
nilai gizi yang bisa dibilang layak. Pekerjaan merupakan penopang biaya kehidupan. Jaminan
pekerjaan yang mantap akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi diri
dan keluarganya.
6.
Dukungan
sosial
Hubungan
sosial termasuk diantaranya adalah persahabatan serta kekerabatan yang baik
dalam keluarga dan juga di tempat kerja.
7.
Penyalahgunaan
NAPZA
Pemakaian
NAPZA merupakan faktor memperburuk kondisi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan.
Napza atau pemakaian narkoba, alkohol dan merokok mengakibatkan dampak buruk
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
8.
Makanan
Ketersediaan
pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga untuk pangan, serta cara makan
berpengaruh terhadap kesehatan kita.
Makanan merupakan faktor penting
dalam kesehatan kita. Bayi lahir dari seorang ibu yang telah siap dengan
persediaan susu yang merupakan makanan lengkap untuk seorang bayi. Mereka yang
memelihara tubuhnya dengan makanan yang cocok, menikmati tubuh yang benar-benar
sehat.Kecocokan makanan ini menurut waktu, jumlah, dan harga yang tepat. Hanya
saat kita makan secara berlebihan makanan yang tidak cocok dengan tubuh kita,
maka tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit adalah salah satu reaksi tubuh, dan
bila kemudian dicegah atau dirawat dengan benar, tubuh kembali sehat.Penyakit
merupakan peringatan untuk mengubah kebiasaan kita.Perlu diingat selalu bahwa
tubuh kita hanya memerlukan makanan yang tepat dalam jumlah yang sesuai.
9.
Transportasi
Transportasi
yang sehat, mengurangi waktu berkendara, dan meningkatkan aktifitas fisik yang
memadai akan baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi waktu
berkendara dan jumlah kendaraan akan mengurangi polusi pada manusia.
10. Pendidikan dan pengetahuan
Tingkat
pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan seseorang untuk memahami
faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan
tersebut untuk menjaga kesehatannya. Pendidikan juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga kesehatannya. Biasanya, orang
yang berpendidikan (dalam hal ini orang yang menempuh pendidikan formal)
mempunyai resiko lebih kecil terkena penyakit atau masalah kesehatan lainnya
dibandingkan dengan masyarakat yang awam dengan kesehatan.
11. Faktor agama
dan keyakinan
Agama dan
kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak langsung
mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku sehat. Misalnya,
pada agama Islam.Islam mengajarkan bahwa “anna ghafatul minal iman” atau
“kebersihan adalah sebagian dari iman”. Sebagai umat muslim, tentu kita akan
melaksanakan perintah Allah SWT. untuk berperilaku bersih dan sehat.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Penerapan
promosi kesehatan harus memperhatikan kode etik dengan mempertimbangkan aspek
hubungan dengan klien serta kepedulian terhadap determinan sosial yang ada di
lingkungan sasaran promosi kesehatan tersebut. Hal ini bertujuan agar promosi
kesehatan berdasar pada tanggung jawab profesional sehingga upaya promosi
kesehatan yang dilakukan dapat tercipta sesuai dengan kode etik suatu profesi.
b.
Saran
Tenaga kesehatan
khususnya bidan diharapkan dapat menerapkan etika dalam promosi kesehatan. Tenaga
kesehatan erat kaitannya dengan klien, sehingga dalam memberikan promosi
kesehatan bidan hendaknya memperhatikan etika, yang juga harus disesuaikan
dengan budaya yang ada di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Novita,N. Franciska, Y. (2011). Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Fitriani,
Sinta. 2011. Promosi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar