A. Pengertian
Asuhan kala dua
merupakan kelanjutan data yang dikumpulkan dan dievaluasi selama kala I yang
dijadikan data dasar untuk menetukan kesejahteraaan ibu dan janin selama kala
dua persalinan. Batasan kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
dengan kala pengeluaran bayi.
B. Penatalaksanaan
Fisiologis Kala II
Gejala dan tanda kala II juga
merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses
pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan
pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran
dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang
nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala II. Beri
keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika
ibu memang. Menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang
dialaminya. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan
mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang
cara meneran yang efektif dan benar. Harap diingat bahwa sebagian besar daya
dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi uterus. Meneran hanya
menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
C. Pemantauan Ibu
Dan Janin
1)
Pemantauan ibu
a.
Kontraksi
Pada kala II kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih
cepat yaitu setiap 2 menit sekali dengan durasi > 40 detik, dan intensitas
semakin lama semakin kuat. Karena biasanya pada tahap ini kepala janin sudah
masuk dalam ruang panggul, maka pada his dirasakan adanya tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflex menimbulkan rasa ingin meneran,
pasien merasakan adanya tekanan pada rectum dan merasa seperti ingin BAB.
Pemantauan kontraksi
yang di lakukan antara lain :
·
Palpasi kontraksi uterus ( control
tiap 10 menit )
·
Frekuensi setiap 30 menit selama
fase aktif.
·
Lamanya kontraksi yang terjadi dalam
10 menit observasi.
·
Kekuatan kontraksi dalam detik.
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh
ototnya berkontraksi. Proses ini akan efektif jika his bersifat fundal dominan,
yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik otot bawah rahim ke
ata sehingga akan menyebabkan pembukaan servik dan dorongan janin ke bawah
secara alami.
Pemantauan kontraksi
harus di lakukan karena untuk memantau berapa banyak dan lama kontraksi yang
terjadi dalam 10 menitnya. Ketidak normalan kontraksi salah satunya dapat
mengacu pada inersia uteri.
b.
Tanda-Tanda Kala Dua Persalinan
Pada kala II ini bidan
harus dapat mengidentifikasi keadaan mengenai tanda-tanda yang khas dari kala
II sebagai patokan untuk melaksanakan asuhan persalinan kalaII yang tepat.
Kepastian dari diagnosis persalinan kala II sangat menentukan proses persalinan
kala II itu sendiri.
Adapun tanda-tanda seorang ibu akan
bersalin adalah sebagai berikut :
·
Ibu merasa ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi.
·
Ibu merasakan adanya peningkatan
tekana pada rectum dan / atau vaginanya.
·
Perineum menonjol.
·
Vulva –vagina dan sfingter ani
membuka.
·
Meningkatkan pengeluaran lendir
bercampur darah
c.
Keadaan Umum
·
Kesadaran
Memantau atau menilai keadaan ibu
dapat dilaukukan dengan menginspeksi wajah ibu dan reaksi ibu setelah diberi
rangsangan, apakah ibu masih dapat menerima rangsangan tersebut atau tidak.
·
Tekanan darah dan temperatur :
setiap 4 jam
Mengingat bahwa salah satu tanda pre
eklamsi adalah tekanan darah yang tinggi yaitu diastolik pada angka 90-110 mmHg
maka selama kala dua persalinan seorang bidan di wajibkan untuk memantau
tekanan darah, sehingga jika terlihat tekanan darah ibu mulai naik, bidan dapat
melakukan tindakan antisipasi.
·
Nadi : setiap 30 menit
Tanda dari infeksi, syok, dehidrasi,
banyak kehilangan darah dan juga kecemasan seorang ibu salah satunya dapat dilihat dari frekuensi
denyut nadi. Denyut nadi yang semakin cepat diatas 100x/menit dapat
mengindikasikan ke hal-hal tersebut, sehingga penting sekali untuk menilai
denyut nadi ibu dalam kala dua persalinan.
·
Volume urin, protein,dan aseton.
·
Respon keseluruhan pada kala II :
1.
Keadaan dehidrasi
Tanda-tanda dehidrasi secara umum :
bibir kering, mata cekung, kekenyalan kulit menurun, demam ringan (38ºC atau
100,4 ºF), nafasnya agak cepat dan dalam (lebih dari 20 tarikan per menit), denyut
jantung bayi lebih cepat dari 160 detak per menit.
2.
Perubahan sikap/perilaku
Seringkali ibu yang akan melahirkan
mengalami stres, kecemasan dan kekhawatiran, biasanya akan ditunjukkan dengan
perubahan sikap dan perilaku. Maka dari itu diperlukan pula pemantauan sikap
ibu, sehingga bidan dapat melakukan tindakan untuk menenangkan ibu, seperti
mengajarkan rileksasi atau memberi pengertian-pengertian kapada ibu, yang pada
akhirnya jika ibu tenang dan dapat menerima, itu akan mempermudah dalam proses
persalinan.
3.
Tingkat tenaga ( yang dimiliki )
Persalinan normal merupakan
persalinan yang terjadi dengan tenaga ibu sendiri, yaitu tenaga atau kekuatan
untuk meneran.
·
Pembukaan serviks
2)
Pemantauan Janin
a.
Saat bayi belum lahir
1.
Frekuensi denyut
jantung janin
Frekuensi yang dipantau
pada janin sebelum lahir adalah frekuensi denyut jantung janin, karena inilah
satu-satunya indicator yang menunjukkan kesejahteraan janin dalam uterus.
Denyut jantung janin diperiksa setiap 30
menit sekali dan hasilnya dituliskan di partograf.
2. Bagian
terendah janin
Bidan sangat perlu
untuk melakukan pemantauan terhadap bagian terendah janin, hal ini berkaitan
dengan posisi ubun-ubun kecil jika janin dengan presentasi kepala, letak muka,
atau ubun-ubun besar yang mengindikasikan kemungkinan aka nada kesulitan dalam
proses kelahiran kepala.
Pemantauan molase harus
dilakukan untuk menilai apakah proses penyesuaian kepala janin dengan jalan
lahir berlangsung baik.
3. Penurunan
bagian terendah janin
Pemantauan ini
berkaitan dengan proses kemajuan persalinan mulai dari penurunan sampai dengan
lahirnya kepala. Penurunan kepala yang lambat disertai dengan frekuensi denyut
jantung janin abnormal yang mengidentifikasikan adanya lilitan tali pusat (
jika kondisi ini belum teridentifikasi melalui pemeriksaan USG pada kunjungan
kehamilan ).
b. Saat Bayi
Lahir
1. Penilaian
sekilas sesaat setelah bayi lahir
Sesaat setelah bayi
lahir bidan melakukan penilaian sekilas untuk menilai kesejahteraan bayi secara
umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit, tangis bayi, jika warna kulit
adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk
dijadikan data awal bahwa bayi dalam kondisi baik.
2. Menit
pertama kelahiran
Pertemuan SAREC di
Swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir
dengan cara sederhana yang disebut nilai SICTUNA ( ISGTUNA SCORE ), sesuai
dengan nama tempat terjadinya consensus. Penilaian cara ini digunakan terutama
untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanaya menilai dua parameter
yang penting namun cukup mewakili indicator kesejahteraan bayi baru lahir.
Sesaat setelah bayi
lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA skor, yaitu upaya
bayi untuk bias bernafas dan frekuansi jantung ( dihitung selama 6 detik, hasil
dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu
D.
Pemantauan Umum Selama Kala Dua
Perslinan.
Kondisi ibu,
bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara berkala dan ketat
selama berlansungnya kala dua persalinan. Pantau, periksa dan catat :
1.
Nadi ibu setiap 30 menit
2.
Frekuensi dan lama kontraksi setiap
30 menit
3.
Penurunan kepala bayi setiap 30
menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa dalam setiap 60
menit atau jika ada indikasi, hal ini
dilakukan dengan cepat.
4.
Warna cairan ketuban jika selaputnya
sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah). Pemantauan warna
ketuban penting di lakukan untuk mencegah bayi mengalami asfiksia.
5.
Apakah ada presentasi majemuk atau
tali pusat disamping atau terkemuka
6.
Putaran vaksi luar segera setelah
kepala bayi lahir. Keadaan bayi yang tidak segera melakukan putaran paksi luar
di kawatirkan bayi mengalami distosia bahu.
7.
Kehamilan kembar yang tidak
diketahui sebelum bayi pertama lahir
Contoh Kasus
Seorang ibu Ny ayu GIP0A0 hamil aterm, inpartu kala
dua janin tunggal hidup presentasi kepala.
Pukul 10.00
Pemeriksaan fisik : keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, nadi 80x/menit, TD 120/80 mmHg.
Pemeriksaan kebidanan
:
1. Inspeksi :
vulva membuka, perinium menonjol, tekanan pada anus.
2.
Palpasi : his 4X dalam 10 menit lama
35 detik sifatnya kuat dan teratur, penuruna kepala 1/5, hodge III
3. Auskultasi :
DJJ (+), frekuensi 140x/menit, sifat kuat dan teratur.
pemeriksan dalam : Pendataran porsio 100% , pembukaan
lengkap, penunjuk uuk kiri depan, ketuban (-).
Pukul 10.30
Pemeriksaan fisik : keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, nadi 83x/menit, TD 120/80 mmHg
Pemeriksaan kebidanan :
1. Inspeksi :
vulva membuka, perinium menonjol, tekanan pada anus.
2.
Palpasi : his 5x dalam 10 menit lama
40 detik sifatnya kuat dan teratur.
3. Auskultasi :
DJJ (+) frekuensi 144x/menit, sifat kuat dan teratur .
Pemeriksaan dalam : pendataran porsio 100%, pembukaan
lengkap, penunjukk uuk kiri atas, ketuban (-)
Bayi lahir pukul 11.25 , bayi lahir menangis spontan,
tidak ada lilitan tali pusat, tidak asfiksia, warna kulit bayi merah, bidan
segera melakukan IMD.
Contoh
kasus pemantauan kala II persalinan teknik SOAPIE
Kala
II (Pada tanggal 7 Desember 2009, Pukul 18.55 WIB)
S
: Ibu mengatakan perutnya semakin mules dan tidak bisa ditahan,rasanya ingin meneran
dan seperti ingin buang air besar.
O
: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, His :
4x10’/45” kuat, relaksasi ada, Djj (+) 144 x/menit teratur dan intonasi
sedang, punctum max 1, tempat : kuadran kiri bawah pusat ibu. Pemeriksaan
anogenital pengeluaran pervaginam lendir darah semakin banyak, air-air positif,
tampak tanda dan gejala kala II(dorongan untuk meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol,vulva membuka dan kepala terlihat didasar panggul,
pemeriksaan dalam persio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban
positif, penurunan kepala H III+, posisi ubun-ubun arah depan, tidak
ada bagian lain yang teraba.
Ibu
G1PIAo hamil 39 minggu, 3 hari inpartu kala II janin tunggal, hidup,intra
uterin, presentasi kepala.
P
:
1)
Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang dilakukan
2)
Mengobservasi denyut jantung janin
3)
Mempersiapkan untuk menolong persalinan
4)
Memimpin persalinan
5)
Memperhatikan kebutuhan cairan dan nutrisi ibue.
I
:
1)
Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudahlengkap dan persalinan
akan segera berlangsung
2)
Memeriksa DJJ setiap kali setelah ada HIS
3)
Mempersiapkan pertolongan persalinan, dengan mendekatkan alat partus dan
obat yang dibutuhkan, persiapan penolong denganmengenakan alat APD (alat
pelindung diri) dan menyiapkankeluarga untuk membantu memberi support pada ibu.
4)
Memimpin persalinan, saat terlihat tanda-tanda kala II yaitu ada dorongan
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol danvulva membuka penolong
memasang duk dibawah bokong ibu danmemasang kain bedong bersih diatas perut
ibu, sementara pasiendiajarkan untuk dapat menarik nafas panjang saat ada his
danistirahat saat his hilang
5)
Ketika kepala tampak 5/6 divulva tangan kanan penolong menahan perineum
dengan duk steril dan tangan kiri penolong menahan belakang kepala agar
tidak terjadi deflexi yang terlalu cepat,sehingga dapat mencegah robekan
perineum.
6)
Memimpin ibu untuk meneran saat ada his dan dianjurkan istirahatsaat his hilang
sampai dengan kepala maju dan sub occiput berada di bawah sympisis sebagai
hipomochlion, maka lahirlah secara berturut-turut : UUB, dahi, mata,
hidung, mulut dan seluruh kepala bayi.
7)
Membiarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya.
8)
Memeriksa apakah ada lilitan tali pusat, ternyata tidak ada lilitan.
9)
Setelah bayi lahir, menganjurkan ibu untuk tarik napas dalam dantidak meneran.
10)
Penolong memegang kepala bayi secara biparietal sambil mengarahkan kebawah
dengan tarikan ringan untuk melahirkan bahu depan dan lalu diarahkan ke
atas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah bahu belakang lahir, tangan
kanan menahan,menyangga kepala, leher, bahu janin bagian belakang dengan posis ibu
jari pada leher (bagian belakang kepala janin) dan 4 jari lainnya pada
bahu dan dada / punggung. Sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin
bagian depan. Saat badan dan leher lahir 60% posisi keempat jari
tangan pada punggung janin dan ibu jari tangan kiri pada dada janin kemudian
tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin, maka
lahirlah seluruh badan bayi.
11)
Meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendahdari badan.
Kemudian mengeringkan bayi dengan duk / kain.
12)
Memastikan tidak ada bayi kedua, kemudian memberitahu ibu bahwa ibu akan
disuntik, selanjutnya ibu disuntik sintocinon inj 10Iu (1 ampul) secara Intra
muskular.
13)
Menjepit dan memotong tali pusat, ganti pembungkus bayi.
14)
Membiarkan bayi melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) selama 30 menit sampai 1
jam.
15)
Mendokumentasikan dalam Partograf.
E
: Pukul 19.00 WIB bayi lahir spontan, menangiskuat, jenis kelamin perempuan,
anus membuka, tidak tampak kelainancongental, BB 3200 Gr, PB 49 cm, lk 31 cm,ld
32 cm caput (-), cacat (-)
Daftar Pustaka
JNPK, 2007_ Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Edisi 3 (Revisi), Depkes:
Jakarta
Prawirahadjo, 2002, Panduan Maternal Neonatal, YBPSP:
Jakarta
K.Susan & T Fiona,
2008, Panduan Lengkap Kebidanan,
Palmall: Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar