Multi-styled Text Generator at TextSpace.net

Kamis, 07 Juni 2012

PEMANTAUAN KALA II PERSALINAN




A.      Pengertian
Asuhan kala dua merupakan kelanjutan data yang dikumpulkan dan dievaluasi selama kala I yang dijadikan data dasar untuk menetukan kesejahteraaan ibu dan janin selama kala dua persalinan. Batasan kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut dengan kala pengeluaran bayi.
B.       Penatalaksanaan Fisiologis Kala II
Gejala dan tanda kala II juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala II. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang. Menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harap diingat bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi uterus. Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
C.       Pemantauan Ibu Dan Janin
1)      Pemantauan ibu
a.       Kontraksi
Pada kala II kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap 2 menit sekali dengan durasi > 40 detik, dan intensitas semakin lama semakin kuat. Karena biasanya pada tahap ini kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka pada his dirasakan adanya tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflex menimbulkan rasa ingin meneran, pasien merasakan adanya tekanan pada rectum dan merasa seperti ingin BAB.
Pemantauan kontraksi yang di lakukan antara lain :
·         Palpasi kontraksi uterus ( control tiap 10 menit )
·         Frekuensi setiap 30 menit selama fase aktif.
·         Lamanya kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
·         Kekuatan kontraksi dalam detik.
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya berkontraksi. Proses ini akan efektif jika his bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik otot bawah rahim ke ata sehingga akan menyebabkan pembukaan servik dan dorongan janin ke bawah secara alami.
Pemantauan kontraksi harus di lakukan karena untuk memantau berapa banyak dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menitnya. Ketidak normalan kontraksi salah satunya dapat mengacu pada inersia uteri.
b.      Tanda-Tanda Kala Dua Persalinan
Pada kala II ini bidan harus dapat mengidentifikasi keadaan mengenai tanda-tanda yang khas dari kala II sebagai patokan untuk melaksanakan asuhan persalinan kalaII yang tepat. Kepastian dari diagnosis persalinan kala II sangat menentukan proses persalinan kala II itu sendiri.
Adapun tanda-tanda seorang ibu akan bersalin adalah sebagai berikut :
·         Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
·         Ibu merasakan adanya peningkatan tekana pada rectum dan / atau vaginanya.
·         Perineum menonjol.
·         Vulva –vagina dan sfingter ani membuka.
·         Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah
c.       Keadaan Umum
·         Kesadaran
Memantau atau menilai keadaan ibu dapat dilaukukan dengan menginspeksi wajah ibu dan reaksi ibu setelah diberi rangsangan, apakah ibu masih dapat menerima rangsangan tersebut atau tidak.
·         Tekanan darah dan temperatur : setiap 4 jam
Mengingat bahwa salah satu tanda pre eklamsi adalah tekanan darah yang tinggi yaitu diastolik pada angka 90-110 mmHg maka selama kala dua persalinan seorang bidan di wajibkan untuk memantau tekanan darah, sehingga jika terlihat tekanan darah ibu mulai naik, bidan dapat melakukan tindakan antisipasi.
·         Nadi : setiap 30 menit
Tanda dari infeksi, syok, dehidrasi, banyak kehilangan darah dan juga kecemasan seorang ibu  salah satunya dapat dilihat dari frekuensi denyut nadi. Denyut nadi yang semakin cepat diatas 100x/menit dapat mengindikasikan ke hal-hal tersebut, sehingga penting sekali untuk menilai denyut nadi ibu dalam kala dua persalinan.
·         Volume urin, protein,dan aseton.
·         Respon keseluruhan pada kala II :
1.      Keadaan dehidrasi
Tanda-tanda dehidrasi secara umum : bibir kering, mata cekung, kekenyalan kulit menurun, demam ringan (38ºC atau 100,4 ºF), nafasnya agak cepat dan dalam (lebih dari 20 tarikan per menit), denyut jantung bayi lebih cepat dari 160 detak per menit.
2.      Perubahan sikap/perilaku
Seringkali ibu yang akan melahirkan mengalami stres, kecemasan dan kekhawatiran, biasanya akan ditunjukkan dengan perubahan sikap dan perilaku. Maka dari itu diperlukan pula pemantauan sikap ibu, sehingga bidan dapat melakukan tindakan untuk menenangkan ibu, seperti mengajarkan rileksasi atau memberi pengertian-pengertian kapada ibu, yang pada akhirnya jika ibu tenang dan dapat menerima, itu akan mempermudah dalam proses persalinan.
3.      Tingkat tenaga ( yang dimiliki )
Persalinan normal merupakan persalinan yang terjadi dengan tenaga ibu sendiri, yaitu tenaga atau kekuatan untuk meneran.
·       Pembukaan serviks
2)      Pemantauan Janin
a.       Saat bayi belum lahir
1.      Frekuensi denyut jantung janin
Frekuensi yang dipantau pada janin sebelum lahir adalah frekuensi denyut jantung janin, karena inilah satu-satunya indicator yang menunjukkan kesejahteraan janin dalam uterus. Denyut jantung  janin diperiksa setiap 30 menit sekali dan hasilnya dituliskan di partograf.
2.      Bagian terendah janin
Bidan sangat perlu untuk melakukan pemantauan terhadap bagian terendah janin, hal ini berkaitan dengan posisi ubun-ubun kecil jika janin dengan presentasi kepala, letak muka, atau ubun-ubun besar yang mengindikasikan kemungkinan aka nada kesulitan dalam proses kelahiran kepala.
Pemantauan molase harus dilakukan untuk menilai apakah proses penyesuaian kepala janin dengan jalan lahir berlangsung baik.
3.      Penurunan bagian terendah janin
Pemantauan ini berkaitan dengan proses kemajuan persalinan mulai dari penurunan sampai dengan lahirnya kepala. Penurunan kepala yang lambat disertai dengan frekuensi denyut jantung janin abnormal yang mengidentifikasikan adanya lilitan tali pusat ( jika kondisi ini belum teridentifikasi melalui pemeriksaan USG pada kunjungan kehamilan ).
b.      Saat Bayi Lahir
1.      Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian sekilas untuk menilai kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit, tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa bayi dalam kondisi baik.
2.      Menit pertama kelahiran
Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara sederhana yang disebut nilai SICTUNA ( ISGTUNA SCORE ), sesuai dengan nama tempat terjadinya consensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanaya menilai dua parameter yang penting namun cukup mewakili indicator kesejahteraan bayi baru lahir.
Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA skor, yaitu upaya bayi untuk bias bernafas dan frekuansi jantung ( dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu
D.    Pemantauan Umum Selama Kala Dua Perslinan.
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara berkala dan ketat selama berlansungnya kala dua persalinan. Pantau, periksa dan catat :
1.      Nadi ibu setiap 30 menit
2.      Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
3.      Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal  ini dilakukan dengan cepat.
4.      Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah). Pemantauan warna ketuban penting di lakukan untuk mencegah bayi mengalami asfiksia.
5.      Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping atau terkemuka
6.      Putaran vaksi luar segera setelah kepala bayi lahir. Keadaan bayi yang tidak segera melakukan putaran paksi luar di kawatirkan bayi mengalami distosia bahu.
7.      Kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir

























Contoh Kasus

Seorang ibu Ny ayu GIP0A0 hamil aterm, inpartu kala dua janin tunggal hidup presentasi kepala.
Pukul 10.00
Pemeriksaan fisik : keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, nadi 80x/menit, TD 120/80 mmHg.
Pemeriksaan  kebidanan :
1.      Inspeksi : vulva membuka, perinium menonjol, tekanan pada anus.
2.      Palpasi : his 4X dalam 10 menit lama 35 detik sifatnya kuat dan teratur, penuruna   kepala 1/5, hodge III
3.      Auskultasi : DJJ (+), frekuensi 140x/menit, sifat kuat dan teratur.
pemeriksan dalam : Pendataran porsio 100% , pembukaan lengkap, penunjuk uuk kiri depan, ketuban (-).
Pukul 10.30
Pemeriksaan fisik : keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, nadi 83x/menit, TD 120/80 mmHg
Pemeriksaan kebidanan :
1.      Inspeksi : vulva membuka, perinium menonjol, tekanan pada anus.
2.      Palpasi : his 5x dalam 10 menit lama 40 detik sifatnya kuat dan teratur.
3.      Auskultasi : DJJ (+) frekuensi 144x/menit, sifat kuat dan teratur .
Pemeriksaan dalam : pendataran porsio 100%, pembukaan lengkap, penunjukk uuk kiri atas, ketuban (-)
Bayi lahir pukul 11.25 , bayi lahir menangis spontan, tidak ada lilitan tali pusat, tidak asfiksia, warna kulit bayi merah, bidan segera melakukan IMD.








Contoh kasus pemantauan kala II persalinan teknik SOAPIE
Kala II (Pada tanggal 7 Desember 2009, Pukul 18.55 WIB)
S : Ibu mengatakan perutnya semakin mules dan tidak bisa ditahan,rasanya ingin meneran dan seperti ingin buang air besar.
O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, His : 4x10’/45” kuat, relaksasi ada, Djj (+) 144 x/menit teratur dan intonasi sedang, punctum max 1, tempat : kuadran kiri bawah pusat ibu. Pemeriksaan anogenital pengeluaran pervaginam lendir darah semakin banyak, air-air positif, tampak tanda dan gejala kala II(dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol,vulva membuka dan kepala terlihat didasar panggul, pemeriksaan dalam persio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban positif, penurunan kepala H III+, posisi ubun-ubun arah depan, tidak ada bagian lain yang teraba.
Ibu G1PIAo hamil 39 minggu, 3 hari inpartu kala II janin tunggal, hidup,intra uterin, presentasi kepala.
P :
1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang dilakukan
2) Mengobservasi denyut jantung janin
3) Mempersiapkan untuk menolong persalinan
4) Memimpin persalinan
5) Memperhatikan kebutuhan cairan dan nutrisi ibue.
I :
1) Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudahlengkap dan persalinan akan segera berlangsung
2) Memeriksa DJJ setiap kali setelah ada HIS
3) Mempersiapkan pertolongan persalinan, dengan mendekatkan alat partus dan obat yang dibutuhkan, persiapan penolong denganmengenakan alat APD (alat pelindung diri) dan menyiapkankeluarga untuk membantu memberi support pada ibu.
4) Memimpin persalinan, saat terlihat tanda-tanda kala II yaitu ada dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol danvulva membuka penolong memasang duk dibawah bokong ibu danmemasang kain bedong bersih diatas perut ibu, sementara pasiendiajarkan untuk dapat menarik nafas panjang saat ada his danistirahat saat his hilang
5) Ketika kepala tampak 5/6 divulva tangan kanan penolong menahan perineum dengan duk steril dan tangan kiri penolong menahan belakang kepala agar tidak terjadi deflexi yang terlalu cepat,sehingga dapat mencegah robekan perineum.
6) Memimpin ibu untuk meneran saat ada his dan dianjurkan istirahatsaat his hilang sampai dengan kepala maju dan sub occiput berada di bawah sympisis sebagai hipomochlion, maka lahirlah secara berturut-turut : UUB, dahi, mata, hidung, mulut dan seluruh kepala bayi.
7) Membiarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya.
8) Memeriksa apakah ada lilitan tali pusat, ternyata tidak ada lilitan.
9) Setelah bayi lahir, menganjurkan ibu untuk tarik napas dalam dantidak meneran.
10) Penolong memegang kepala bayi secara biparietal sambil mengarahkan kebawah dengan tarikan ringan untuk melahirkan bahu depan dan lalu diarahkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah bahu belakang lahir, tangan kanan menahan,menyangga kepala, leher, bahu janin bagian belakang dengan posis ibu jari pada leher (bagian belakang kepala janin) dan 4 jari lainnya pada bahu dan dada / punggung. Sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian depan. Saat badan dan leher lahir 60%  posisi keempat jari tangan pada punggung janin dan ibu jari tangan kiri pada dada janin kemudian tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin, maka lahirlah seluruh badan bayi.
11) Meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendahdari badan. Kemudian mengeringkan bayi dengan duk / kain.
12) Memastikan tidak ada bayi kedua, kemudian memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik, selanjutnya ibu disuntik sintocinon inj 10Iu (1 ampul) secara Intra muskular.
13) Menjepit dan memotong tali pusat, ganti pembungkus bayi.
14) Membiarkan bayi melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) selama 30 menit sampai 1 jam.
15) Mendokumentasikan dalam Partograf.
E : Pukul 19.00 WIB bayi lahir spontan, menangiskuat, jenis kelamin perempuan, anus membuka, tidak tampak kelainancongental, BB 3200 Gr, PB 49 cm, lk 31 cm,ld 32 cm caput (-), cacat (-)





Daftar Pustaka

JNPK, 2007_ Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Edisi 3 (Revisi), Depkes: Jakarta
Prawirahadjo, 2002, Panduan Maternal Neonatal, YBPSP: Jakarta
K.Susan & T Fiona, 2008, Panduan Lengkap Kebidanan, Palmall: Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar