BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis bermasalah di
Indonesia, pertama oleh karena carrier-nya tergolong banyak, Kedua, imunisasi
Hepatitis pada bayi (Universal Immunization) di Indonesia baru dimulai beberapa
tahun lampau (1996). Hal ketiga, belum semua orang
berisiko tinggi kena Hepatitis patuh meminta vaksinasi. Dengan kondisi seperti
itu, berarti masyarakat yang telanjur tertular Hepatitis sudah sekian banyak,
dan kian tak terkontrol pula.
Masih banyak
masyarakat kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks bebas juga bisa menjadi
sumber penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu seorang suami tanpa
disadarinya sebab mungkin tidak tahu, menularkan penyakitnya kepada istrinya,
lalu kepada anak-anaknya lewat cemaran cairan tubuh antar-anggota keluarga,
atau persalinan bayi.
Pada wanita hamil kemungkinan
untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada
usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena
hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan
higiene sanitasi yang kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada
ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus
terjadi pada trimester I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen
terjadi pada trimester III.
Insiden
hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang
tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan
berlangsung tanpa dilaporkan. Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk memberikan informasi
mengenai penyakit Hepatitis agar dapat menambah pengetahuan baik untuk penulis
maupun pembaca tentang penyakit hepatitis terutama pada wanita hamil.
1.2 Tujuan
a.
Untuk mengetahui definisi penyakit hepatitis
b.
Untuk mengetahui etiologi penyakit hepatitis
c.
Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit hepatitis
d.
Untuk mengetahui klasifikasi penyakit hepatitis
e.
Untuk mengetahui cara penularan penyakit hepatitis
f.
Untuk mengetahui pengaruh penyakit hepatitis pada kehamilan
g.
Untuk mengetahui pencegahan penyakit hepatitis
h.
Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium penyakit hepatitis
i.
Untuk mengetahui pengobatan penyakit hepatitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penyakit Hepatitis
Istilah “hepatitis”
dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya berbagai macam, mulai dari virus sampai
dengan obat-obatan.
Hepatitis atau radang hati,
satu jenis penyakit hati yang paling sering dijumpai di antara penyakit –
panyakit lain yang menyerang hati. Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus
dan ditandai oleh perubahan warna kulit dan bagian putih mata (sclera) menjadi
kekuningan. Warna kuning tersebut timbul karena adanya pengendapan pigmen
bilirubin, yang bersal dari cairan empedu. Warna air kencing penderita pun
menjadi kuning atau bahkan kecoklatan seperti air teh.
Hepatitis
merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus,
identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C,
D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut (Ester
Monica, 2002 : 93).
Hepatitits adalah suatu proses
peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat–obatan serta bahan–bahan kimia (Sujono Hadi,
1999).
Smeltzer (2001) menjelaskan,
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada
jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
2.2 Etiologi
Penyebab hepatitis
bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan
bukan infeksi. Penyebab-penyebab
tersebut antara lain :
a.
Infeksi virus : Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, Hepatitis E, Hepatitis F, Hepatitis G.
b.
Non virus : komplikasi dari penyakit lain, alkohol, obat-obatan
kimia atau zat kimia, penyakit autoimun.
Nama-nama virus penyebab hepatitis yang saat ini telah
dikenali adalah:
1.
virus hepatitis
A atau VHA
2.
virus
hepatitis B atau VHB
3.
virus hepatitis
C atau VHC
4.
virus hepatitis
D atau VHD
5.
virus hepatitis
E atau VHE
6.
virus hepatitis
F atau VHF
7.
virus hepatitis
G atau VHG
Sedangkan penyakit hepatitis
yang ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama virusnya. Di antara ketujuh
jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis hepatitis
terbanyak yang sering dijumpai. Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang
ditemukan. Para ahli pun masih memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan
jenis hepatitis tersendiri atau tidak.
2.3 Tanda dan Gejala
Semua
hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis
hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat memperkirakan
saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk membedakannya
secara pasyi masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan darah
penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas, mual
dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti
teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat sembuh setelah satu bulan.
Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna, sedangkan
penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan E
belum dapat di ketahui sevara pasti
bagaimana perjalanan penyakitnya.
Gambaran
klinis hepatitis virus dapat berkisar
dari asimtomatik sampai penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian.
Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
a. Stadium prodromal, disebut periode
praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan pasien mulai
memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut praikterus karena
ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya belum dijumpai, stdium
ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh :
Ø Malese umum
Ø Anoreksia
Ø Sakit kepala
Ø Rasa malas
Ø Rasa lelah
Ø Gejala-gejala infeksi saluran nafas
atas
Ø Mialgia (nyeri otot)
b. Stadium ikterus, dapat berlangsung
2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang stadium ini ditandai oleh
timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
Ø Memburuknya semua gejala yang ada
pada stadium prodromal
Ø Pembesaran dan nyeri hati
Ø Splenomegali
Ø Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit
c. Stadium pemulihan. Biasanya timbul
dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
Ø Gejala-gejala mereda termasuk
ikterus
Ø Nafsu makan pulih
Ø Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil
Ikterus merupakan salah satu
gajala klinis pada wanita hamil dengan hepatitis, namun adapun ikterus dalam kehamilan
sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus yang disebabkan oleh
kehamilan berupa : perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis intrhepatik. Sedangkan
ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu kehamilan; hepatitis virus, batu
empedu, penggunaan obat-obatan hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat
timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis
virus, 21% oleh karna kolestatis intahepatik, dan kurang dari
6% oleh karna obtruksi saluran empedu di luar hati.
Penyakit hati bisanya jarang
terjadi pada wanita hami, namun apabila timbul ikterus pada kehamiln, maka
penyebabnya yang paling tering adalah hepatitis virus. Penyakit hepatitis
biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam ringan, mata kunng.
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan
splenomegali hanya ditemukan pada 20-25% penderita.
2.4 Klasifikasi Hepatitis
1. Hepatitis
A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa,
rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam
makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini
melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik.
Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling
sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2. Hepatitis
B
Penularan virus ini melalui rute
trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks. Golongan yang
beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat
injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan
terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria
homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang
terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa
inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6
bulan sampai timbul gejala klinis.
3. Hepatitis
C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan
non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV
ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi
darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi,
individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja
perawatan kesehatan dan keamanan
masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180
hari.
4. Hepatitis
D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan
HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul
belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat
menyebabkan infeksi hanya bila individu
telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang
sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi
darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa
inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya
hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian
5. Hepatitis
E
Virus ini adalah suatu virus RNA
yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar. populasi yang paling
sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian
Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa
muda hingga pertengahan.
6. Kemungkinan
Hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang
dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F
merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa
hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak
menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah jarum suntik.
2.5 Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis
a. Hepatitis
A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari
melalui mulut, misalnya melalaui gelas atau sendok bekas yang di pakai
penderita hepatitis A. Kadang – kadang dapat juga melalui keringat penderita
atau melalui jarum suntik bekas yang di pakai pada penderita pengdapa hepatitis
A.
b. Hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis
dapat menyerang manusia. Pada ibu hamil bila terserang virus ini dapat
menularkan pada bayinya yang ada dalam kandungan atau waktu menyusui bayi itu.
Bentuk penularan seperti inilah yang banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis
hepatitis yang paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat pula
di cegah melalui vaksinasi. Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada
populasi orang dewasa, kelompok tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu
berisiko tinggi. Kelompok ini mencakup:
a) Imigran dari daerah endemis
hepatitis b
b) Pengguna obat IV yang sering
bertukar jarum dan alat suntik
c) Pelaku hubungan seksual dengan
banyak orang atau dengan orang yang terinfeksi
d) Pria homoseksual yang secara seksual
aktif
e) Pasien rumah sakit jiwa
f) Narapidana pria
g) Pasien hemodialisis dan penderita
hemofilia yang menerima produk tertenu dari plasma
h) Kontak serumah dengan karier
hepatitis
i)
Pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak
kontak dengan darah
c. Hepatitis C
Penularan hepatitis C dan Delta pada
orang dewasa bisa terjadi melalui kontak seksual dan bisa pula melalui makanan
dan minuman, suntikan ataupun transfusi darah. Virus hepatitis C juga berbahaya
karena sebagian besar penyakit Hepatitis C dapat berkembang menjadi
kronis/menahun dan menjadi pengidap yang selanjutnya akan menjadi sumber
infeksi bagi orang sekitarnya.
d. Hepatitis
Delta dan hepatitis E
Hepatitis Delta dan hepatitis E diduga
penularannya melalui mulut, tetapi belum ada penelitian yang lebih mendalam.
2.6 Pengaruh Penyakit Hepatitis Pada Kehamilan
Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II
maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejalahepatitis virus pada wanita tidak
hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan
gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap
dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan
gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala
fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan
menimbulkan mortalitasIbu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita
tidakhamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropikdisertai
kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menye-babkan penderita mudah jatuh
dalam acute hepatic necrosisTampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan
prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis
virus pada kehamilan sangat tergantung darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk
khususnya defisiensi protein, ditambah pula me-ningkatnya kebutuhan protein
untuk pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan
memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat
ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari
hubungan antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala
hepatitis virus. Diketahuibahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi
perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan
faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitasfibrinolitik, sehingga pada
kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam
penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkanberatnya
hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi
gejala-gejala hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIC mempunyai
arti.Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in
utero maupun segera setelah lahir. Penularan virusini pada janin, dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu :
1)
Melewati
placenta
2)
Kontaminasi
dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
3)
Kontak langsung
bayi baru lahir dengan Ibunya
4)
Melewati Air
Susu Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi
hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada
periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat
menembusplacenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis
dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin
in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy
pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus.
Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari
nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang
lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi
sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak
terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis
dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus
hepatitis dari Ibu ke janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara
timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggididapatkan,
bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilantrimester III. Meskipun pada
Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus padawaktu hamil, tidak memberi
gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak
berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil
yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan
menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan
Ibu-Ibu hamil yanghanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.
Dilaporkan, bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala
yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil
yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya
mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruh
nya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur
terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada
Ibu hamil tidak akan menimbulkan kerena icterus pada janin. Icterus terjadi
akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil
yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin
terjadi pada waktu persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai
tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa
hepatitisvirus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan congenital pada
janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis
virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan
bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan
ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
2.7 Pencegahan Penyakit Hepatitis
Pencegahan terhadap hepatitis virus
ini adalah sangat penting karena sampai
saat ini belum ada obat yang dapat
membunuh virus, sehingga satu-satunya jalan
untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat
ini baru ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang
paling banyak diselidiki baik mengenai
perjalanan penyakitnya maupun komplikasinya.
Saat ini di seluruh dunia terdapat
200 juta orang pengidap hepatitis B yang tidak menampakkan gejala, tetapi
merupakan sumber penularan bagi manusia sehat. Agarc tubuh menjadi kebal
diperlukan vaksinassi dasar mengenai dasar sebanyak tiga kali vaksinassi
hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian vaksinasi dasar tergantung dari
jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu
vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah kebal Hepatitis B dan vaksin
hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat
dari darah manusia kebal hepatitis di suntikkan kepada orang sehat sekali
sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari
sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan
kemudian.
Untuk memperkuat kekbalan yang telah
ada, perllu diberi vaksinasi penguat. Caranya bermacam-macam ada vaksin yang
perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali
lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu
diberikan hanya setiap 5 tahun sekali saja.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap penyakit hpatitis B, harus di vaksinasi
hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah
berumur sebulan.
Secara keseluruhan tindakan
pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan memakai sarung tangan bila
berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan harus hati-hati memasang
kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara pembuangan bahan-bahan
terkontaminasi dan pembersihan alat-alat
dan permukaan yang terkontaminasi. Bahan pemeriksaan untuk laboratorium
harus diberi label jelas bahwa bahan berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga
menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada pasien, keluarga, dan lainnya.
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis
virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma
globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil
hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah
penularan hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak
sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan
tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.
Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
2.8 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium akan didapatkan gambaran kerusakan parenkin hati. Bilirubin serum
meningkat, demikian pula transaminase serum. HBV – Diagnosis dan tes lain, bila
SGPT/SGOT tinggi, diagnosis HBV dilakukan dengan tes darah. Tes ini jauh lebih
rumit daripada tes HIV: tes HBV mencari antigen (pecahan virus hepatitis B)
tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi
terhadap HBV). Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari satu antigen
– HbsAg (antigen permukaan, atau surface, hepatitis B) dan dua antibodi –
anti-HBs (antibodi terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc (antibodi
terhadap antigen bagian inti, atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe antibodi
anti-HBc yang dibuat: antibodi IgM dan antibodi IgG.Tes darah yang dipakai
untuk diagnosis infeksi HBV dapat membingungkan, karena ada berbagai kombinasi
antigen dan antibodi yang berbeda, dan masing-masing kombinasi mempunyai
artinya sendiri.
Pemeriksaan
histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentribuler, infiltrasi sel radang
disegitiga portal, sedangkan kerang karetikulin masih baik.Sayangnya, tes darah
tidak dapat memberikan semua informasi tentang keadaan hati seseorang. Mengukur
viral load HBV, tingkat enzim hati, dan AFP dalam darah tidak dapat menentukan
apakah ada kerusakan, dan bila ada, tingkat kerusakan. Untuk ini, dibutuhkan
biopsi hati. Biopsi hati hanya diusulkan untuk pasien dengan viral load HBV
yang tinggi (di atas 100.000 kopi) dan tingkat enzim hati yang tinggi.
2.9 Pengobatan Penyakit Hepatitis
Pengobatan
infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil.
Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan
bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak
tetapi tinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu
diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk
terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru
lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan
pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigensecara
periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak
mengalami penyulit-penyulit lain.
Tidak ada
pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis virus, yang perlu dilakukan ialah
pada ibu hamil yang HBsAg positif bayinya perlu dilindungi dengan segera
sesudah lahir sedapat mungkin dalam waktu dua jam bayi diberi suntikan HBSIG
dan langsung divaksinasi dengan vaksin hepatitis B . Pemberian HBIG hanya
pada ibu yang selain HBsAg pasitif, HBe nya juga positif. Vaksin ini diulangi
lagi sampai 3 kali dengan interval satu bulan atau sesuai dengan skema vaksin
yang digunakan. Selain itu pada kasus seperti ini para dokter dan tenaga medis
harus diberi vaksin juga. Pengelolaan secara konservatif adalah terapi pilihan
untuk penderita hepatitis virus dalam kehamilan. Prinsipnya ialah
suportif dan pemantauan gejala penyakit.
Pada awal
periode simptomatik dianjurkan :
a)
Tirah baring
pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup
istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan.
Kecuali pada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
b)
Diet
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu
bagi penderita penyakit hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi
pasien mengandung cukup kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah
makanan maupun minuman beralkohol. jika pasien mual, tidak nafsu makan atau
muntah – muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi,
diberikan makanan yang cukup kalori (30 – 35 kalori / kg BB) dengan protein
cukup (1 g / kg BB). Pemberian lemak seharusnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada
kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengna kandung empedu.
c)
Medikamentosa
·
Interferon
adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh sebagai
respon terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel kanker. Ada tiga jenis interferon yang memiliki efek antivirus
yaitu : interferon alfa, interferon beta dan interferon gamma.
Efek antivirus yang paling baik diberikan oleh
interferon alfa. Interferon alfa bekerja hampir pada setiap tahapan replikasi
virus dalam sel inang. Interferon alfa digunakan untuk melawan virus hepatitis
B dan virus hepatitis C. Interferon diberikan melalui suntikan. Efek samping
interferon timbul beberapa jam setelah injeksi diberikan.
Efek samping dari pemberian interferon diantaranya
adalah: rasa seperti gejala flu, demam, mengigil, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi. Setelah beberapa jam, gejala dari efek samping
tersebut mereda dan hilang. Efek samping jangka panjang yang dapat timbul
adalah gangguan pembentukan sel darah yaitu menurunnya jumlah sel granulosit
(granulositopenia) dan menurunnya jumlah trombosit (trombositopenia), mengantuk
bahkan rasa bingung.
·
Lamivudin :
Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzim reverse
transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA. Lamivudin diberikan pada
penderita hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif dan peradangan hati.
Pemberian lamivudin dapat meredakan peradangan hati, menormalkan kadar enzim
ALT dan mengurangi jumlah virus hepatitis B pada penderita.
Terapi lamivudin untuk jangka panjang menunjukkan
menurunnya resiko fibrosis, sirosis dan kanker hati. Namun lamivudin memiliki
kelemahan yang cukup vital yaitu dapat menimbulkan resistensi virus.
Efek samping yang mungkin muncul dari pemberian
lamivudin antara lain: rasa lemah, mudah lelah, gangguan saluran pencernaan, mual, muntah, nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, demam, serta kemerahan.
Efek samping yang berbahya lainnya adalah radang
pankreas, meningkatnya kadar asam laktat, dan pembesaran hati. Namun umumnya efek
samping tersebut dapat ditolerir oleh pasien. Terapi lamivudin ini tidak boleh
diberikan pada ibu hamil.
·
Adepovir
dipivoksil : Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti proses penggandaan
untai DNA (DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang berperan dalam
sistem imun (sel NK) dan merangsang produksi interferon dalam tubuh. Kelebihan
adepovir dipivoksil dibandingkan dengan lamivudin adalah jarang menimbulkan
resistensi virus.
Efek samping yang ditimbulkan adepovir dipivoksil
antara lain : nyeri pada otot, punggung, persendian dan kepala. Selain itu terdapat juga gangguan pada saluran
pencernaan seperti mual atau diare, gejala flu, radang tenggorokan, batuk dan
peningkatan kadar alanin aminotransfrase. Gangguan fungsi ginjal juga dapat
terjadi pada dosis berlebih.
·
Entecavir :
Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase yang dibutuhkan dalam
sintesis DNA virus. Kelebihan entecavir adalah jarang menimbulkan resistensi
virus setelah terapi jangka panjang. Sedangkan efek samping yang dapat ditimbulkannya
adalah : nyeri kepala, Pusing, mengantuk, diare, mual, nyeri pada ulu hati dan insomnia.
·
Telbivudin :
Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru. Terapi telbivudin
diberikan pada pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan hati
yang aktif. Telbivudin berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang membantu
proses pencetakan material genetic (DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum
didukung data yang cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya terapi
telbivudin tidak diberikan pada ibu hamil mupun menyusui.
·
Vitamin K dapat
diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan. Bila pasien dalam keadaan
prekoma atau koma, penanganan seperti pada koma hepatik.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bahwa
penyebaran penyakit infeksi dalam kehamilan telah sangat menghawatirkan dan perlu
penanganan yang serius. Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi
seperti obat-obatan, alkohol, dan penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi
seperti hepatitis virus. Gejala penyakit hepatitis seperti keluhan demam,
anoreksia, nyeri otot, gejala-gejala mirip flu (flu-like syndrome), mual atau
muntah, serta nyeri perut, yang kemudian akan diikuti mata atau kulit berwarna
kuning, serta buang air kecil akan berwarna kecoklatan. Pencegahan terhadap
hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga
satu-satunya jalan untuk mencegah
hepatitis virus adalah dengan vaksinasi.
4.2 Saran
Agar penyakit infeksi dalam kehamilan
dapat dicegah hendaknya ditingkatkan upaya konseling melalui program KIE kepada
masyarakat luas khususnya mereka yang mempunyai risiko tinggi. Sehingga
masyarakat menyadari bahaya yang ditimbulkan dari penyakit tersebut. Hendaknya
kita menjaga agar diri kita bisa terbebas dari penyakit ini, serta petugas
kesehatan dapat memberikan penyuluhan dengan penekanan pada aspek perubahan
perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Diman Angsar. 1999. Hepatitis
virus pada kehamilan. Jakarta : Cermin Dania Kedokteran.
Hans Tandra, Widawati Soemarto. 1988. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara
Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru.
http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan
thanks atas infonya, ditunggu artikel yang lainnya
BalasHapusSangat bermanfaat sekali, Silahkan juga kunjungi :
BalasHapus1. Asuhan Kehamilan dan Persalinan Dengan Penyakit Jantung
2. Kumpulan materi pelajaran SD, SMP, SMA, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi perkuliahan (www.materibelajar.id)